TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai dengan Juli 2018 sebesar Rp 151,3 triliun. Menurut Sri Mulyani angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai Rp 210 triliun.
Baca: Defisit Neraca Berjalan 3 Persen, Sri Mulyani: Kami Waspada
"Dengan demikian defisit kita mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 28 persen," kata Sri Mulyani di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Selasa, 14 Agustus 2018.
Sri Mulyani mengatakan angka defisit tersebut senilai dengan 1,02 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada Juli 2018 keimbangan primer mengalami defisit Rp 4,9 triliun. Menurut Sri Mulyani, Juli adalah bulan pertama keseimbangan primer mengalami defisit.
Namun kata Sri Mulyani angka ini jauh angka lebih kecil dibandingkan defisit tahun lalu pada posisi Juli yang sebesar Rp 79,1 triliun.
"Jadi terjadi suatu improvement yang luar biasa atau kalau dihitung growth negatif 93,9 persen. Artinya defisit primary balance kita kontraksinya hampir mencapai 94 persen," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan pendapatan negara pada Juli sebesar Rp 994,4 triliun. Angka tersebut sebanding dengan 52,5 persen terhadap APBN. Sedangkan dalam APBN pendapatan negara, yaitu Rp 1.894,7 triliun.
Baca: Sri Mulyani: PLN Belum Penuhi Penggunaan Komponen Dalam Negeri
Dari sisi belanja negara, Sri Mulyani mengatakan realisasi hingga Juli 2018 sebesar Rp 1.145,7 triliun. Hal itu sebanding dengan 51,6 persen terhadap APBN. Sedangkan dalam APBN belanja negara yaitu sebesar Rp 2.220,7 triliun.
Pada pembiayaan anggaran realisasi hingga Juli 2018 sebesar Rp 206,6 triliun. Angka tersebut sebanding dengan 63,4 persen terhadap PDB. Adapun dalam APBN pembiayaan anggaran sebesar Rp 325,9 triliun.